Wabup Batanghari bersama tim ekspedisi DAS Batanghari, Poto/One |
BATANGHARI, BulianId - Kedatangan rombongan Tim Ekspedisi Daerah Aliran Sungai (DAS) Batanghari yang berasal dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia (RI), diketuai Dewi Kurnianingsih beranggotakan 50 orang terdiri dari berbagai universitas di Indonesia, arsitek, arkeologi, komunikasi, geografi dan sebagainya yang merupakan mahasiswa, dosen dan peneliti ke Desa Rambutan Masam, Kecamatan Muara Bulian, Kabupaten Batanghari disambut dengan Kompangan.
Memasuki gapura Kantor Desa Rambutan Masam para rombongan Tim Ekspedisi yang didampingi Wakil Bupati (Wabup) Batanghari Bakhtiar beserta jajaran pemerintahan, disambut dengan Tari Sekapur Sirih. Selesai penampilan Tari Sekapur Sirih didahului Wabup Bakhtiar, Tim Ekspedisi, Sekda, Camat Muara Tembesi disajikan memakan daun sirih (Tarian Sekapur Sirih dan Nyirih merupakan simbol penghormatan terhadap orang-orang besar yang datang pada acara khusus di Kabupaten Batanghari).
Dalam sambutan Wabup Bakhtiar mengatakan, saya selaku wakil kepala daerah mengucapkan selamat datang kepada ketua tim beserta rombongan ekspedisi sungai Batanghari di ‘Bumi Serentak Bak Regam’, tepatnya di Desa Rambutan Masam, Kecamatan Muara Tembesi, Kabupaten Batanghari, Jambi. Kunjungan dan kehadiran bapak dan ibu sekalian merupakan sebuah kehormatan bagi kami pemerintah daerah kabupaten Batanghari.
“Dalam rencana pembangunan jangka panjang menengah (RPJMD) Kabupaten Batanghari tahun 2021-2026 telah ditetapkan salah satu arah kebijakan pembangunan Kabupaten Batanghari adalah pengembangan pariwisata berbasis ekowisata dan penyelenggaraan event seni dan budaya berskala regional dan nasional,” kata Wakil Bupati, Kamis (14/07/2022).
Kegiatan susur Sungai Batanghari ini, tentu bagi Pemerintah Kabupaten Batanghari memiliki nilai strategis karena dari kegiatan ini kami sangat berharap akan diperoleh data yang jelas atas cagar budaya serta objek pemajuan kebudayaan di Kabupaten Batanghari yang tentunya ini sangat erat hubungannya dengan upaya untuk mensinergikan pengembangan parawisata budaya sejarah dan religius.
“Perihal cagar-cagar budaya yang telah ditemukan sepanjang aliran Sungai Batanghari khususnya di Kabupaten Batanghari, baik itu data Candi Pematang Saung yang ditemukan di Kecamatan Pemayung dan Candi Malaka Intan yang berada di Desa Olak Kecamatan Muara Bulian, makam Keramat Johor dan makam Sultan Adijaya Kusumo serta Pusaka Rambutan Masam, artefak dan lain-lain. Namun pada kesempatan ini juga sebenarnya ada satu makam terletak di Kecamatan Muara Bulian yang juga berada di sepanjang aliran Sungai Batanghari, kami berpendapat makam ini juga bisa dijadikan kegiatan observasi penggalian data cagar budaya yaitu makam Syekh Keramat tinggi yang memiliki panjang 12 M,” sebutnya.
Dari panjang Sungai Batanghari kurang lebih sekitar 800 KM yang berhulu dari gunung rasan di Kabupaten Solok, Sumatera Barat, berakhir di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Jambi. Setidaknya dari panjang Sungai Batanghari tersebut ada 176,75 km atau 22,1 Persen melewati enam dari delapan Kecamatan, diantaranya Kecamatan Maro Sebo Ulu, Mersam, Muara Tembesi, Maro Sebo Ilir, Muara Bulian dan Pemayung.
“Namun sesungguhnya dua kecamatan dalam Kabupaten Batanghari juga dilewati sungai yaitu sungai Batang Tembesi meliputi Kecamatan Batin XXIV dan Kecamatan Muara Tembesi sepanjang 68,25 km artinya sesungguhnya seluruh daerah kabupaten Batanghari berada di aliran sungai,” pungkasnya.
Sementara itu berdasarkan Publikasi Tim Ekspedisi Sungai Batanghari melalui Direktorat Pelindungan Kebudayaan, Direktorat Jenderal (Ditjen) Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), menyelenggarakan kegiatan Ekspedisi Sungai Batanghari yang merupakan bagian rangkaian kegiatan Kenduri Swarnabhumi. Kegiatan ini merupakan salah satu upaya bersama untuk memajukan kebudayaan, meningkatkan kesadaran masyarakat tentang keterhubunganan antara sungai dan peradaban, serta menjaga ekosistem sungai di DAS Batanghari.
Kegiatan Ekspedisi Sungai Batanghari berlangsung selama 11 hari dari tanggal 11 hingga 22 Juli 2022. Bupati Dharmasraya, Direktur Pelindungan Kebudayaan, Direktur Perfilman Musik dan Media, Kepala BPNB Sumatera Barat, Kepala BPCB Sumatera Barat, Kepala BPCB Jambi serta Dinas setempat melepas sebanyak 50 peserta yang mengikuti kegiatan ini. Titik awal Ekspedisi Sungai Batanghari pada Selasa (12/07/2022) berada di Jembatan Sungai Dareh, Kecamatan Pulau Punjung, Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat.
Sutan Riska selaku Bupati Dharmasraya berharap kegiatan yang di ikuti oleh 50 orang peserta yang terdiri dari mahasiswa, peneliti dan komunitas yang menyusuri Sungai Batanghari untuk melakukan pendataan, inventarisasi, pemetaan ekosistem. Serta pemantauan dan evaluasi perlindungan cagar budaya dan objek pemajuan kebudayaan bisa memberikan manfaat bagi generasi muda berupa transfer pengetahuan dan selanjutnya diharapkan juga bisa memberikan masukan terhadap perumusan kebijakan dalam upaya pelestarian warisan budaya.
Kegiatan ini merupakan salah satu upaya bersama untuk memajukan kebudayaan, meningkatkan kesadaran masyarakat tentang keterhubunganan antara sungai dan peradaban, serta menjaga ekosistem sungai di DAS Batanghari.
“Melalui Kenduri Swarnabhumi, Kemendikbudristek bersama masyarakat dan pemerintah daerah berupaya untuk menggerakkan kesadaran harmoni sungai dan peradaban yang semakin penting untuk dirawat dengan kearifan berbasis budaya,” tutur Direktur Perfilman Musik dan Media, Ditjen Kebudayaan, Ahmad Mahendra dalam keterangannya, Selasa (12/07/2022).
Ekspedisi Sungai Batanghari ini akan diisi dengan berbagai aktivitas praktek ekskavasi, penampilan ekspresi budaya oleh masyarakat yang disinggahi, dan diskusi budaya. Hasil ekspedisi ini nantinya akan menjadi topik pembahasan Seminar Nasional pada 21 Juli 2022 mendatang yang mengusung tema “Batanghari: Dulu, Kini, dan Nanti” yang juga menjadi bagian kegiatan Kenduri Swarnabhumi.
Salah satu peserta Ekspedisi Sungai Batanghari, Mahasiswa Arkeologi, Universitas Jambi, Rofif Fadhulrahman menyampaikan antusiasnya mengikuti kegiatan ini.
“Saya tertarik mengikuti kegiatan ekspedisi ini karena saya ingin menambah wawasan dan pengalaman saya dengan cagar budaya yang ada di sepanjang Sungai Batanghari, apalagi kegiatan ini sesuai dengan pengetahuan dan minat saya sebagai calon arkeolog di masa depan,” tuturnya.
Direktur Pelindungan Kebudayaan, Ditjen Kebudayaan, Kemendikbudristek, Irini Dewi Wanti menyampaikan bahwa Ekspedisi Sungai Batanghari merupakan salah satu upaya pelibatan dan transfer pengetahuan kepada generasi muda untuk melihat lebih jauh potensi berbagai tinggalan objek yang diduga cagar budaya dengan melakukan pendataan, inventarisasi, pemetaan ekosistem, serta pemantauan dan evaluasi pelindungan cagar budaya sebagai objek pemajuan kebudayaan.
“Kita harus memandang lingkungan tempat keberadaan warisan budaya beserta masyarakat pendukungnya sebagai satu kesatuan ekosistem yang hidup dan saling mempengaruhi serta memberi dampak manfaat untuk jangka panjang,” jelasnya.
Kenduri Swarnabhumi merupakan rangkaian kegiatan yang bertujuan menghubungkan kembali masyarakat dengan peradaban sungai. Kenduri Swarnabhumi diselenggarakan pada Mei-September 2022 oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemendikbudristek bekerja sama dengan berbagai pemerintah daerah (pemda) terkait. Seperti pemda Kabupaten Dharmasraya, Provinsi Sumatera Barat, Kabupaten Bungo, Kabupaten Kerinci, Kota Sungai Penuh, Kabupaten Merangin, Kabupaten Tebo, Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Batanghari, Kota Jambi, Kabupaten Muara Jambi, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Kabupaten Tanjung Jabung Timur.(ONE).