Bupati, Wabup, Sekda dan Kepala OPD Batanghari saat menyerap aspriasi dari ketua-ketua RT se-Kecamatan Muara Bulian/ foto:ANI |
Dikatakannya, bebarapa pekan terakhir kegiatan Jumat Barokah sempat sepi aktivitasnya. Padahal kegiatan Jumat barokah ini merupakan sarana bagi masyarkat untuk menyampaikan aspirasinya kepada pemerintah daerah.
“Kini tambah sepi, tambah sepi bae, sayo cuma berpikir, apo masalahnyo hilang apo orangnyo hilang. Kalau masalah hilang, Alhamdulillah berarti dak ado lagi yang dilaporkan. Tapi kalau orangnyo dak mau lagi ngelapor, berarti ado yang salah dengan pemerintahnya. Berarti laporannyo dak pernah ditindaklanjuti,” sebutnya.
Lanjut Fadhil, selain melalui program jumat barokah, Pemkab Batanghari juga mempunyai aplikasi (Terus Terang, Terang Terus, red) sebagai sarana pengaduan masyarakat.
“Kemudian apo lagi salurannyo, ado aplikasi, tapi laporan itu jugo dak ado,” sambungnya.
Akibat minimnya pengaduan dari masyarakat, Bupati Batanghri pun mencari program alternative untuk menyerap aspirasi masyarakat Batanghari ini, yaitu melalui program rakor RT dengan Pemkab Batanghari.
“Karno ketuo RT ini tempat masyarakat ngadu, kareno macam-macam masyarakat ngadunyo, masalah aek ngadu ke ketuo RT, laki bini betengkar ketuo RT jugo tempat ngadu nyo. Yang jalannyo ditutup, ngadunyo ke ketuo RT jugo,” tuturnya.
Menurut Fadhil, sebagai ketua RT, tentulah mereka banyak menangkap masalah di masing-masing kelurahannya. Bupati dan Wakil Bupati Batanghari tentunya mempunyai keterbatasan untuk mnegetahui secara langsung permasalahan yang ada di setiap daerah di Kabupaten Batanghari.
“Pasti banyak masalah yang ditangkap oleh bapak ibu yang mungkin tidak teramati dan terekam oleh kami. Kareno Sayo dan Bang Bakhtiar ini ditugasi masyarakat untuk mengurusi Batanghari. Tapi tentunya pasti ado keterbatasan, tenaga, anggaran terbatas. Namun, dengan keterbatasan itu bagaimana caranya kita coba menyelesaikan masalah ini,” pungkasnya. (ANI)