“Nanti memasuki golongan III C dan III D dia masih di-track yang sama, ada yang III D nya ketinggalan dikit. Nanti ke IV A banyak yang ketinggalan, nanti ke IV B banyak lagi ketinggalan, wabil khusus yang guru. Mulai di golongan IV A dio mulai nyerah, karena sudah membuat karya ilmiah, banting stir-lah dio ke struktural,”ujarnya.
Ia pun berpesan agar para pegawai muda tersebut jangan menjadi golongan pegawai yang seperti itu, sebab mereka merupakan generasi muda ataupun milenial yang diberikan kelebihan untuk melek teknologi dan juga kritisi dalam bekerja dan selalu ingin mengetahui dan mencoba hal-hal yang baru.
“Pengen tahu ini kita arahkan ke hal yang positif, menjadi positif dia. Pegawai yang sering terjebak negatif, itu pegawai yang tidak mau bekerja biasanya, karena dak mau bekerja, akhirnya orang tidak mau mengajak kerjo lagi,” tutur Fadhil.
Akibat malasnya bekerja, tentunya pegawai tersebut tidak akan diajak lagi sebagai teamwork, bahkan akan menjadi evaluasi bagi rekan-rekannya jika dijadikan rekan kelompok kerja.
Lanjutnya, sejatinya manusia itu secara alami mempunyai tenaga, pikiran dan energi. Karena tidak tersalurkan dengan baik, maka menjadi hal tidak baik.
“Kerjonyo di kantor gosip bae, ngapolah tunjangan belum cair nih. Mereka dak pernah menanyakan apa yang sudah dilakukan, jadi cenderung menuntut hak saja, itu pegawai yang tidak bekerja,” ungkapnya.
“Adik-adik perhatikan di medsos, yang paling kencang nuntut hak pasti pegawai yang tidak bekerja. Kalau pegawai yang banyak kerjoannyo lupo dio, karno banyak penghasilan yang lain, karno dio rajin banyak penghasilan. Yang mano yang sudah cair, sertifikasi sudah belum, tunjangan sudah belum,” tambah Fadhil.
Dikatakan Bupati Batanghari, dengan kondisi zaman yang semakin modern, maka pegawai harus bekerja dengan cara yang modern tanpa harus meninggalkan kearifan lokal.(ANI)