Aktivis NU Batanghari, Sayidina Umar/foto:ist |
Dikatakannya, dibekukannnya kepengurusan NU Batanghari tentu akan menjadi catatan buruk dalam sejarah terbentuknya PCNU Batanghari. Sebab, NU yang notabanenya merupakan organisasi islam terbesar di Indonesia justru malah meninggalkan catatan tak enak untuk di Batanghari.
“Gagalnya konfercab itu, karena panitia tidak professional. Kita sangat menyayangkan ada beberapa MWC/pengurus tingkat kecamatan yang tidak diundang oleh panitia Konfercab,” sebutnya, Rabu (10/07/2024).
Menurutnya, ada dugaan permainan yang dlakukan oleh Ketua PCNU dan panitia untuk mepertahankan posisi ketua, dengan membuat SK tandingan.
“Ini merupakan organisasi islam, dan isi pengurus banyak terdiri dari ulama dan pengurus pesantren. Janganlah ketua dan panitia mempermainkan organisasi ini. Mau dibawa kemana marwah NU,” sesalnya.
Aktivis NU ini juga berharap, jika ke depan Konfercab kembali dilaksanakan, maka panitia harus bersikap prpfesiaonal, dan para pengurus MWC yang memagang SK sah harus benar-benar memilih calon ketua yang bisa mengembalikan marwah NU.
“Setidaknya kriteria ketua yang di pilih, harus mempunyai Jamiyyah, dan juga benar-benar mengerti bagaimana NU sebenarnya. Kalau saya lebih sepakat jika NU diserahkan kepada Ulama,” kata dia.
Lanjut dia, ia berharap caretaker PCNU yang akan di bentuk oleh PWNU Jambi benar-bernar sesuai dengan apa yang diinstruksikan oleh PBNU. Dan mereka yang mengerti AD/ART NU dan juga aturan-aturan NU.
“Kabarnya formasi caretaker sedang dibahas oleh PWNU, kita harap mereka yang terpilih nanti benar-benar orang yang paham ke-NU-an, dan menjunjung tinggi nilai-nilai agama islam,” pungkasnya. (ANI)